All Posts

Optimalisasi Quality Control untuk Menekan Reject Rate di Industri Tekstil & Fashion

Published
November 23, 2025

Dalam industri tekstil dan fashion yang sangat kompetitif, kualitas produk menjadi faktor utama yang menentukan kepuasan pelanggan dan daya saing merek. Namun, di balik dinamika proses produksi yang cepat, masih banyak perusahaan yang menghadapi tantangan serius berupa tingginya reject rate atau tingkat penolakan produk akibat cacat produksi.

Apa Itu Reject Rate?

Reject rate adalah persentase produk yang gagal memenuhi standar kualitas dan harus diperbaiki atau dibuang. Dalam konteks industri tekstil dan fashion, reject dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

  • Ketidaksesuaian warna atau motif kain,
  • Jahitan tidak rapi atau tidak simetris,
  • Kain robek atau cacat,
  • Kesalahan dalam proses finishing atau packaging.

Semakin tinggi reject rate, semakin besar biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan baik dari sisi bahan, tenaga, maupun waktu produksi.

Peran Penting Reject rate yang tinggi tidak hanya berdampak pada pemborosan bahan baku dan waktu, tetapi juga berpotensi menurunkan kepercayaan pelanggan terhadap merek. Di sinilah peran Quality Control (QC) menjadi krusial untuk menjaga kualitas dan konsistensi setiap hasil produksi. di Industri Tekstil dan Fashion

Quality Control bukan sekadar tahap akhir dalam produksi. Ia merupakan sistem yang harus terintegrasi di setiap proses kerja, mulai dari pemilihan bahan baku hingga produk siap distribusi.

QC bertugas memastikan bahwa seluruh tahapan berjalan sesuai standar, dengan meminimalkan potensi cacat sebelum produk keluar dari jalur produksi. Dalam industri tekstil dan fashion, QC juga berfungsi sebagai penjaga konsistensi brand, memastikan bahwa setiap produk yang diterima pelanggan memiliki mutu yang seragam dan layak jual.

Langkah Strategis QC dalam Menurunkan Reject Rate 

Untuk mencapai kualitas optimal, tim QC dapat menerapkan beberapa langkah strategis berikut: 

  1. Standarisasi Proses Produksi: Menetapkan Standard Operating Procedure (SOP) di setiap tahap agar seluruh tim mengikuti pedoman kualitas yang sama.
  2. Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja: Pelatihan rutin untuk operator dan teknisi sangat penting agar mereka memahami parameter kualitas dan dapat mengenali potensi cacat sejak dini.
  3. Penerapan Sistem Inspeksi Berlapis: Melakukan inspeksi pada setiap fase produksi (in-line inspection) untuk mendeteksi masalah sedini mungkin, bukan hanya di tahap akhir.
  4. Pemanfaatan Data dan Teknologi: Penggunaan sistem monitoring berbasis data membantu QC menganalisis tren cacat, mengidentifikasi pola, dan melakukan tindakan korektif yang lebih terukur.
  5. Evaluasi dan Continuous Improvement: QC bukan proses yang berhenti; evaluasi berkala dan komunikasi lintas departemen memastikan peningkatan kualitas berjalan secara konsisten.

Kesimpulan

Menurunkan reject rate bukan sekadar soal perbaikan teknis, tetapi tentang membangun budaya kualitas di seluruh lini produksi. Dengan sistem QC yang terstruktur dan didukung tenaga kerja kompeten, perusahaan tekstil dan fashion dapat menjaga efisiensi, menekan biaya produksi, dan memperkuat citra merek di mata pelanggan.

Synergy Cakra Buana menyediakan tenaga profesional di bidang Quality Control dan Production Support yang siap membantu industri tekstil dan fashion menerapkan standar kualitas terbaik.

Percayakan kebutuhan operasional Anda kepada Synergy Cakra Buana, mitra industri terpercaya untuk menjaga efisiensi dan mutu produksi Anda.

Qualified Workforce with Professional Management

Acquire skilled human resources across diverse sectors, including cleaning, security, manufacturing, hospitality, and more.

Connect with Us

Featured Articles